BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk
diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi
mengenai bonding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan antara ibu
dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti terjalin. Reaksi
orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang baru lahir,
berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya reaksi
emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat berpengaruh, misalnya masalah
pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lain-lain.
Respon yang mereka perlihatkan pada bayi baru lahir, ada yang positif dan
ada juga yang negatif. Ibu ketika masa antenatal juga harus diberi informasi
mengenai respon ayah dan keluarganya terhadap kelahiran anak. Dengan
begitu, ibu dapat mengantisipasi jikalau respon yang diberikan ayah dari
anaknya ataupun keluarga tidak seperti yang ibu bayangkan. Merasa
kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua, anak pertama akan merespon dengan
merasa cemburu terhadap adiknya yang baru lahir.
Perasaan tersebut mendorong anak pertama untuk menyaingi adik barunya dan
ingin mencuri lagi perhatian yang dulu hanya untuk dirinya dengan bermacam
perilaku. Perilaku anak yang lebih tua pada saat itu merupakan sesuatu
yang wajar dan disebut sebagai sibling rivalry. Pada dasarnya, sibling
rivalry ini bersifat ambivalent atau love hate
relationship, maka dari itu ibu harus diajarkan untuk mencegah maupun
memfasilitasi anak mereka dengan bijak dan diperlukan pembelajaran agar tidak
merugikan salah satu anaknya. Dengan demikian Bidan sangat perlu untuk
memahami seluruh situasi yang akan terjadi pada waktu sekitar setelah kelahiran
tersebut dengan menggali keadaan ibu dan keluarga agar fase-fase tersebut berjalan
secara terkontrol.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan
disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami mengenai bounding attachment
2. Mengetahui dan memahami mengenai respon ibu dan bayi sejak kontak awal
3. Mengetahui tahap- tahap bounding attachment
4. Mengetahui dan memahami prinsip-prinsip dan upaya dalam meningkatkan
bounding attachment
5. Mengetahui dan memahami keuntungan dari bounding attachment
6. Mengetahui dan memahami hambatan dalam melaksanakan bounding attachment
7. Mengetahui dan memahami respon ayah dan keluarga terhadap bayi baru lahir
BAB
II
2.1 BOUNDING ATTACHMENT
A.
Pengertian Bounding Attachment
Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan attachment. Bounding
adalah proses pembentukan sedangkan attachment
(membangun ikatan). Jadi bounding
attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orangtua dan bayi.
Hal ini merupakan proses dimana
sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang
bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling
membutuhkan. Konsep ikatan perlahan-lahan berkembang, mungkin mulai di
awal kehamilan dan berlanjut selama berbulan-bulan, bertahun-tahun dan mungkin
seumur hidup setelah melahirkan. Bonding bukan sebuah proses magical atau seketika, juga bukan
dirangsang menurut permintaan atau pesanan.
Perasaan kehangatan yang dimulai
kadang sudah dirasakan, bahkan sebelum konsepsi dan tentu selama kehamilan dan
akan terus berkembang selama beberapa minggu, bulan dan tahun setelah
kelahiran. Ada kemungkinan bahwa pengalaman kelahiran yang baik (dapat memfasilitasi
pertumbuhan cinta, karena ibu akan mengurangi rasa kekecewaan terhadap
diri sendiri dan kondisi emosional ibu akan lebih terfokus untuk
memberikan seluruh perhatian dirinya kepada bayinya. Kesulitan dalam
proses persalinan yang mengecewakan dapat menghambat proses terjalinnya
ikatan antara ibu dengan bayinya. Oleh karena itu penting juga memperhatikan
kondisi psikologis ibu saat proses persalinan. Adapun beberapa definisi
para ahli:
1.
Klause dan Kennel (1983): interaksi
orang tua dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada
beberapa menit dan jam pertama segera bayi setelah lahir.
2.
Nelson (1986), bounding:
dimulainya interaksi emosi sensorik fisik antara orang tua dan bayi segera
setelah lahir, attachment: ikatan yang terjalin antara individu yang
meliputi pencurahan perhatian; yaitu hubungan emosi dan fisik yang akrab.
3.
Saxton dan Pelikan (1996), bounding:
adalah suatu langkah untuk mengunkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) oleh ibu
kepada bayinya segera setelah lahir; attachment: adalah interaksi antara
ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.
4.
Bennet dan Brown (1999), bounding:
terjadinya hubungan antara orang tua dan bayi sejak awal kehidupan, attachment:
pencurahan kasih sayang di antara individu.
5.
Brozeton (dalam Bobak, 1995):
permulaan saling mengikat antara orang-orang seperti antara orang tua dan anak
pada pertemuan pertama.
6.
Parmi (2000): suatu usaha untuk
memberikan kasih sayang dan suatu proses yang saling merespon antara orang tua
dan bayi lahir.
7.
Perry (2002), bounding:
proses pembentukan attachment atau membangun ikatan; attachment:
suatu ikatan khusus yang dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang
terbentuk dalam hubungan orang tua dan bayi.
8.
Subroto (cit Lestari, 2002): sebuah peningkatan
hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orang tua dan bayi.
9.
Maternal dan Neonatal Health: adalah
kontak dini secara langsung antara ibu dan bayi setelah proses persalinan,
dimulai pada kala III sampai dengan post partum.
10.
Harfiah, bounding: ikatan; attachment:
sentuhan.
B. Tahap-tahap
bounding attachment
1.
Perkenalan
(acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2.
Bounding (keterikatan)
3.
Attachment, perasaan sayang
yang mengikat individu dengan individu lain. Menurut Klaus, Kenell (1982),
bagian penting dari ikatan ialah perkenalan.
C.
Elemen-Elemen
Bounding Attachment
4.
Aroma – Ibu mengetahui bahwa setiap anak memiliki
aroma yang unik (Porter, Cernoch, Perry, 1983). Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma susu ibunya (Stainto, 1985).
5.
Entrainment – Bayi baru lahir
bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka
menggoyang tangan, mengangkat kepala,
menendang-nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang
tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini
berfungsi memberi umpan balik positif
kepada orang tua dan
menegakkan suatu pola komunikasi efektif
yang positif.
6.
Bioritme – Anak yang belum lahir atau baru lahir
dapat dikatakan senada dengan ritme alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas
bayi baru lahir ialah membentuk ritme personal
(bioritme). Orang tua dapat
membantu proses ini dengan
memberi kasih sayang yang
konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilakuyang
responsif. Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan
kesempatan bayi untuk
belajar.
7.
Kontak dini – Saat ini , tidak ada
bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang tua–anak.
D.
Prinsip-prinsip dan
upaya meningkatkan bounding attachment
1.
Dilakukan segera (menit
pertama jam pertama).
2.
Sentuhan orang tua
pertama kali.
3.
Adanya ikatan yang baik
dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4.
Kesehatan emosional
orang tua.
5.
Terlibat pemberian
dukungan dalam proses persalinan.
6.
Persiapan PNC
sebelumnya.
7.
Adaptasi.
8.
Tingkat kemampuan,
komunikasi dan keterampilan untuk merawat anak.
9.
Kontak sedini mungkin
sehingga dapat membantu dalam memberi kehangatan pada bayi, menurunkan rasa
sakit ibu, serta memberi rasa nyaman.
10.
Fasilitas untuk kontak
lebih lama.
11.
Penekanan pada hal-hal
positif.
12.
Perawat maternitas
khusus (bidan).
13.
Libatkan anggota
keluarga lainnya/dukungan sosial dari keluarga, teman dan pasangan.
14.
Informasi bertahap
mengenai bounding attachment.
E.
Keuntungan
Bounding Attachment
Adapun keuntungan dari implementasi teori bounding attachment
jika :
1.
Bayi merasa dicintai, diperhatikan,
mempercayai, menumbuhkan sikap sosial.
2.
Bayi merasa aman, berani mengadakan
eksplorasi.
3.
Akan sangat berpengaruh positif pada
pola perilaku dan kondisi psikologis bayi kelak.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan
fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini :
1.
Kadar oksitosin dan prolaktin
meningkat.
2.
Reflek menghisap dilakukan dini.
3.
Pembentukkan kekebalan aktif
dimulai.
4.
Mempercepat proses ikatan antara
orang tua dan anak (body warmth (kehangatan tubuh); waktu pemberian kasih
sayang; stimulasi hormonal).
F.
Hambatan
Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya tidak sealur dengan tujuan dari
bounding attachment dan dapat
dikatakan sebagai penghambat dalam bounding
attachment adalah:
1.
Kurangnya support sistem.
2.
Ibu dengan resiko (ibu sakit).
3.
Bayi dengan resiko (bayi prematur,
bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
4.
Kehadiran bayi yang tidak
diinginkan.
G.
Respon antara ibu dan bayi sejak
kontak awal hingga tahap perkembangan
1.
Pemberian ASI ekslusif
Dengan
dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara
langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu
merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.
2.
Rawat gabung
Rawat gabung
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi
terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan
antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis
bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang
mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan
dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI
ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan
tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi
ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga
karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung
akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga.
3.
Kontak mata (Eye to Eye Contact)
Beberapa ibu
berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan
bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan
lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya. Kesadaran untuk
membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai faktor yang penting dalam hubungan manusia pada umumnya.
4.
Suara (Voice)
Mendengar
dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua
menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat
mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka
melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara
tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka. Respon antara ibu
dan bayi berupa suara masing-masing. Orang tua akan menantikan tangisan pertama
bayinya. Dari tangisan itu, ibu menjadi tenang karena merasa bayinya baik-baik
saja (hidup). Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan
jika ia dapat mendengarkan suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak
lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari oleh sairan
amniotik dari rahim yang melekat dalam telinga.
5.
Aroma /Odor (Bau Badan)
Setiap anak
memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma
susu ibunya. Indera penciuman pada bayi baru lahir sudah berkembang dengan baik
dan masih memainkan peran dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. Indera
penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya Asi
pada waktu tertentu.
6.
Gaya bahasa (Entrainment)
Bayi
mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai
dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan,
mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat
anak mulai bicara. Bayi baru lahir menemukan perubahan struktur
pembicaraan dari orang dewasa. Artinya perkembangan bayi dalam bahasa
dipengaruhi kultur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi.
Dengan demikian terdapat salah satu yang akan lebih banyak dibawanya dalam
memulai berbicara (gaya bahasa). Selain itu juga mengisyaratkan umpan balik
positif bagi orang tua dan membentuk komunikasi yang efektif.
7.
Bioritme (Biorhythmicity)
Salah satu
tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua
dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan
memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Janin dalam
rahim dapat dikatakan menyesuaikan diri dengan irama alamiah ibunya seperti
halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah lahir adalah menyesuaikan
irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan
perawatan penuh kasih sayang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda
keadaan bahaya bayi untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi sosial serta
kesempatan untuk belajar.
8.
Inisiasi Dini
Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan
diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian,
bayi dapat melakukan reflek sucking dengan segera
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah mendiskusikan
makalah yang telah disusun ini, dapat disimpulkan bahwa, ketika kelahiran akan
menimbulkan respon keterikatan bayi dan orangtuanya (bonding attachment) yang
juga telah dimulai sejak saat dalam kandungan dan akan lebih baik jika ibu
tidak menghiraukan saja bayi/janin yang sedang dikandungnya melainkan ibu
seharusnya berkomunikasi dengan janin, baik itu dengan sentuhan untuk meraba
gerakan janin dan membiarkan janin mendengar ibunya berbicara terhadapnya.
Setelah kelahiran bayi
juga akan menimbulkan respon dari sang ayah dan keluarga, dimana respon
tersebut ada yang bersifat positif dan negatif. Seorang ayah dan keluarga
seharusnya memberikan respon yang positif dan memfasilitasi bayi agar merasa
diterima dan dapat tumbuh serta berkembang tanpa ada masalah penolakan dari
ayahnya.
Untuk meminimalisir
segala bentuk respon ayah yang negatif, kehamilan ibu sebaiknya harus
benar-benar direncanakan. Pada saat kehamilan, anak pertama atau tertua
ibu sebaiknya diberi pengertian bahwa sebentar lagi dia akan memiliki seorang
adik yang akan menemaninya, anak juga jangan sampai merasa perhatiannya
berkurang karena ibu lebih memerhatikan janinnya, sehingga pada saat kelahiran
bayi/adiknya anak pertama akan merasa tersaingi dalam arti kasih sayang yang
dulu ibu dan ayahnya berikan hanya untuk dirinya, sekarang sudah tidak bisa
lagi penuh.
3.2 Saran
1.
Saran Untuk Mahasiswa
Makalah
ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran mata kuliah Asuhan
Kebidanan 3 (Asuhan Kebidanan Nifas) khususnya mengenai Bonding Attachment.
2. Saran Untuk Dosen
Kami
mengharapkan dosen mata kuliah Askeb 3 (Asuhan Kebidanan Nifas ) , dapat terus mengarahkan dan membimbing
kami dalam studi ini.
Daftar Pustaka
Aiyeyeh, Rukiyah. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta :
TIM